Dikutip dari
buku “Bagaimana Menjadi Guru Supermodel” karya Iqbal N.Az. Penerbit: Karya
Pelajar Surabaya
Iqbal Nurul
Azhar
Guru ketika
berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual
barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya
adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan
melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga
demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya
tertarik pada materi yang diajarkan.
Tanda bahwa
barang dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review akhir
yang biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru
biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan
bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.
Ketika dalam
proses review tersebut seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna,
maka secara tidak langsung hal itu telah menunjukkan bahwa guru tersebut telah
sukses berdagang, dan barang dagangannya yaitu ilmunya telah laku terjual.
Namun jika masih ada beberapa atau bahkan hampir seluruh siswa ada yang belum
paham materi yang disampaikan, makan hal ini secara tidak langsung telah
menunjukkan bahwa guru tersebut kurang berhasil dalam berdagang.
Dan bila hal
ini terjadi, yang harus dia lakukan adalah mengevaluasi kembali cara
berdagangnya, yaitu dengan menyakan banyak hal pada dirinya sendiri.
Pertanyaanan yang biasa diajukan dalam proses intorpeksi diri ini biasanya
berkutat pada empat hal, yaitu adalah :
- apakah calon pembelinya punya cukup uang untuk membeli barang dagangan atau tidak, atau dengan kata lain apakah harga barang dagangannya terlalu mahal atau tidak, yang kedua yaitu apakah dagangannya telah dikemas dalam wadah yang menarik atau tidak, yang ketiga apakah barang dagangannya telah bervariasi atau monoton, dan yang terakhir adalah apakah barang dagangannya sudah cukup berkualitas ataukah tidak.Pertanyaan pertama tentang kemampuan pembeli yang disebutkan diatas sebenarnya dimaksudkan untuk menanyakan apakah kemampuan siswa-siswi guru tersebut telah cukup untuk menangkap isi materi ataukah tidak. Yang dimaksudkan dengan harga mahal disini adalah materi yang diajarkan apakah terlalu rumit ataukah terlalu tinggi bagi siswa-siswinya ataukah tidak. Masalah yang dijumpai tentang kesulitan yang berhubngan dengan daya tangkap siswa terhadap mata pelajaran ini biasanya terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah, atau sekolah swasta dengan fasilitas yang minim. Banyak guru terlalu berharap tinggi bahwa siswa mereka akan mampu menyerap semua materi, padahal input sekolah tersebut tidak terlalu bagus, artinya siswa yang masuk ke sekolah tersebut kemampuan belajarnya masih jauh di bawah standar, andai guru menjumpai masalah seperti ini, maka yang bisa guru lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Penyesuaian diri ini banyak sekali caranya, yang pertama guru bisa menurunkan Standard Kompetensi yang hendak di capai sehingga anak-anak menjadi lebih mudah menangkap pelajaran karena tingkat kesulitan materi tersebut menurun, akan tetapi cara ini tidak dianjurkan.
- Dengan tetap menggunakan Standard Kompetensi normal namun jumlah tatap mukanya ditambah. Penambahan jumlah tatap muka ini dilakukan untuk mengatasi siswa-siswi yang slow learner, yaitu dengan mengulang lagi materi dalam bentuk remidial teaching atau dengan memperbanyak latihan.
- Guru tetap mengajar seperti biasa, namun materi yang diajarkan harus disampaikan se-smart dan sesimpel mungkin sehingga siswa yang memiliki masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat. Cara yang ketiga inilah yang terberat dilakukan guru karena guru harus dapat merencanakan kegiatan pembelajaran seefektif mungkin. Guru diharuskan pula menjadi inventor ide-ide probling solving yang berhubungan dengan mata pelajaran siswaKemasan barang dagangan yang dimaksud pada pertanyaan kedua disini adalah kemasan materi yang disampaikan, apakah cara dia menyampaikan materi telah dapat membuat siswa-siswinya antusias untuk mendengarkan, seberapa sering dia melemparkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi, seberapa sering dia melontarkan joke-joke segar namun mendidik, Apabila kekurangannya terletak disini, maka guru tersebut tersebut wajib memberikan catatan dan mencarikan solusinya. Solusi yang ditemukan biasanya berupa metode mengajar simpel namun mudah diingat. Metode ini apabila dipatentan dan dijual maka harganya akan menjadi tak ternilai.Yang dimaksud variasi barang dagangan pada pertanyaan ke tiga adalah variasi materi yang disampaikan. Artinya seorang guru harus pandai memberikan variasi di dalam kelas. Variasi ini dapat dilakukan dengan mengubah suasana belajar siswa di kelas setiap minggu, atau setiap hari atau setiap durasi waktu tertentu yang kesemuanya bergantung pada guru pengajar. Contoh dari variasi ini adalah penentuan berapa lama materi itu disampaikan, apakah disampaikan dalam satu kali tatap muka, ataukan dua kali, apakah disampaikan dalam model ceramah ataukah kerja kelompok, dan apakah tatanan meja, kursi di kelas di rubah ataukah tidak. Guru yang baik selalu paham akan hal ini, sehingga ketika dia masuk ke dalam kelas, siswa tidak akan mudah untuk menebak apa yang akan mereka kerjakan pada setiap pertemuan karena guru tersebut selalu membawa kejutan-kejutan yang berupa kegiatan belajar yang berbeda.
- Sedang inti dari pertanyaan terakhir adalah guru harus dapat mengecek materi yang telah disampaikan kepada siswanya. Apakah materi tersebut sesuai dengan kurikulum, apakah tidak ada kesalahan konsep ketika materi itu disampaikan, dan apakah mutu materi yang disampaikan selevel dengan mutu materi yang disampaikan di sekolah lain. Hal seperti ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang guru yang hanya asal mengajar saja. Butuh kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan saja, namun juga harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikannya.
Seperti
pedagang yang memiliki kebutuhan untuk kulakan ketika barang dagangannya habis,
seorang gurupun dituntut demikian. Seorang pedagang tidak akan mungkin
berjualan jika tidak ada barang yang akan dijual. Ketika kehabisan stok barang
dagangan, pedagang tersebut akan kulakan ke distributor atau ke toko grosir.
Baru setelah pedagang itu kulakan, ia akan dapat berjualan lagi. Demikian juga
seorang guru. Ia tidak akan dapat mengajar dengan baik jika ia hanya
mengandalkan pengetahuan yang diterima dari kuliah S1nya saja. Padahal jaman
telah berubah.
Siswa jaman sekarang lebih hebat dan maju dari siswa jaman
dahulu. Jika guru hanya mengandalkan ilmu yang ia dapat di bangku kuliah saja,
ia akan disalip siswa-siswinya. Untuk mengatasi ini, guru harus kulakan ilmu
baru. Kulakan ini dapat dilakukan dengan membeli buku-buku baru untuk dibaca
sampai tuntas. Hal ini sangat baik dilakukan untuk mengetahui perkembangan
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Ia juga bisa mengikuti berbagai
kegiatan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru seperti
seminar dan workshop. Dikusi dengan rekan seprofesi, dengan rekan senior atau
dengan pakar sangat membantu proses kulakan ilmu ini. Cara kulakan ilmu yang
terakhir dan paling efektif dengan melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih
tinggi lagi.
Secara umum,
ada tiga bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang guru
yang baik. Tiga hal ini apabila dimiliki seseorang yang bermaksud untuk menjadi
seorang guru akan mengantarkan orang ini mendapatkan kesuksesan dalam proses
pengajarannya. Tiga bekal yang dimaksud di sini adalah: (1) kompetensi yang
cukup (2) kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut
bervariasi, dan (3) memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak
didiknya.
Seorang guru
tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk beluk
keilmuannya sampai detail. Untuk menjadi guru bahasa Inggris seseorang tidak
harus mengetahui segala kosakata yang ada di kamus Oxford, atau juga bagian-bagian
perhalaman yang ada di buku grammarnya Betty S. Azar. Demikian juga guru
biologi. Dia tidak harus mengetahui semua nama latin tumbuhan yang ada di
dunia. Andaikata ada orang yang dapat melakukan ini, ini adalah nilai lebih
yang wajib disyukuri. Namun secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yang
terlalu menakjubkan seperti yang telah disebutkan. Syarat tersebut cukuplah
mudah. Ia harus memiliki kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan
keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andaikata seseorang
telah paham inti darikeilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut
untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan denga keilmuannya, maka
inipun sudah cukup. Apalagi juga orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan,
yaitu tentang perangkat pengajaran seperti kurikulum, slabus dan rencana
pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran seperti CTL, Cooperative
Learning hingga Quantum, maka semua itu sangat menunjang.
Seorang guru
juga harus memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, karena jiwa kreatifitas
disini akan mendorong dia untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang
cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa ini ia akan mampu menemukan berbagai
macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa ketika berada
di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Kreatifitas ini akan
membuat guru mampu menemukan cara mengajar yang baik, cara membuka kelas yang
elegan, cara membuat dan melakukan assesmen yang praktis, cara memberikan tugas
yang cantik namun tidak memberatkan, cara memimpin diskusi di kelas dan membuat
anak-anak aktif menyampaikan ide mereka, cara memberikan reinforcemen pada
anak, cara memberikan hukuman yang bijak dan banyak lagi lainnya. Kreatifitas
yang dimiliki seorang guru akan membuat dia menjadi terlihat beda diantara guru
yang lain, dan inilah yang akan membuat siswa selalu rindu untuk berjumpa
dengan mata pelajarannya.
Yang
terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru adalah sifat ikhlas. Sifat
ikhlas inilah yang jarang dimiliki guru dewasa ini. Ketika paham kapitalisme
laku keras, maka dunia pendidikan terkena imbasnya. Demikian juga guru. Banyak
sekali jiwa guru mulai terpengaruh paham ini sehinga niat mereka mengajar
menjadi tidak tulus. Banyak diantara mereka merasa apa yang mereka sampaikan
tidaklah setimpal dengan gaji yang mereka terima, sehingga akibatnya ketika
mereka berada di kelas mereka tidak allout. Kadang mereka menyampaikan
materi tapi tidak dengan sepenuhnya. Tujuannya adalah agar sebagian dari materi
ini dapat mereka sampaikan di les. Dengan memberikan les, mereka dapat tambahan
penghasilan. Perubahan paradigma ini jelas meresahkan.
Dengan adanya perubahan
ini, kualitas pembelajaran menjadi berkurang. Semangat dan motivasi kelas juga
melemah. Dan ini semua terjadi karena guru melupakan aspek yang sangat penting
dalam hidup mereka yaitu aspek ikhlas. Andaikata guru ikhlas mengajar, maka
keikhlasan ini akan memberikan semangat yang tanpa batas pada guru untuk
berusaha keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang disampaikan.
Semangat keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati dan jiwa keras anak didik
mereka. Apalagi jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik
mereka untuk sukses, maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan
guru. Guru akan terlihat bercahaya dan berwibawa.
Semoga bermanfaat..
0 comments:
Post a Comment